FILM “TULANG BELULANG TULANG” TERINSPIRASI DARI ADAT BATAK

Serba Serbi

TOBAFORINDO.com | Film panjang berjudul “Tulang Belulang Tulang” mulai di produksi pada awal bulan Mei 2023. “Tulang Belulang Tulang” merupakan film karya Sammaria Sari Simajuntak dan Lies Nanci Supangkat yang diproduksi oleh Adhya Pictures dan Pomp Films serta di dukung oleh Direktorat Perfilman, musik, dan Media, Direktorat Jendral Kebudayaan, Kemendikbudristek.

Film yang merupakan hasil inkubasi dari program Indonesiana Film 2021 yang di selenggarakan Kemendikbudristek ini terinspirasi dari upacara ada Batak, yaitu ‘Mangokal Holi’ (dibaca : mangokkal holi), adat istiadat kebanggaan Batak dalam pemindahan tulang belulang leluhur. Upacara adat ini dilakukan dengan membongkar kembali makam (udean) untuk mengumpulkan sisa tulang belulang (holi-holi) dan menempatkanya ke bangunan tugu (simin). Mangongkal holi berlangsung dalam rangkaian upacara adat, baik sebelum, saat, dan setelah makam digali dan tulang belulang di kumpulkan.

Pelaksanaan tradisi mangokal Holi ini bukanlah tradisi yang sembarangan dan harus dilakukan sesuai dengan adat Batak. Hal ini dikarenakan marga yang menggelar Mangokal Holi harus menjamu seluruh keluarga besar dan tetangga kampung yang ada. Selain itu, mereka juga harus menyediakan kain ulos yang dilambangkan sebagai simbol pengharapan, agar keturunan orang yang meninggal tersebut selalu diiringi dengan keberkahan.

Adhya Pictures selaku patner produksi film “Tulang Belulang Tulang” inipun menuturkan alasan mereka dalam memproduksi film ini.

“Ide cerita film ini sangat menarik, sebuah drama komedi keluarga yang sarat dengan pesan moral dan muatan lokal – tidak menggurui namun sangat relevan dengan kehidupan sehari-hari karena kemaaan-nya yang ringan. Kami yakin film ini bisa menjadi hiburan dan penambah pengetahuan budaya lokal” Pungkas Ricky Wijaya, CEO Adhya Group dan Adhya Pictures.

Hal senada juga diungkapkan Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Ahmad Mahendra yang mengapresiasi pelaksanaan produksi film ini sebagai salah satu cara pelestarian dan pemajuan kebudayaan. Terlebih Indonesia memiliki budaya yang sangat kaya dan dapat diangkat menjadi suatu narasi kuat bernuansa lokal untuk dapat dikembangkan menjadi film. Selain mengambarkan nilai-nilai hidup pada masyarakat adat, film ini juga memiliki nilai kearifan lokal yang menarik untuk masyarakat.

“Kemendikbudristek terus memprioritaskan kebebasan masyarakat dalam berkarya tentunya untuk mengembangkan nilai-nilai budaya salah satunya memalalui film”. Tegas Mahendra.

Kemedikbudristek akan terus berkomitmen melalui berbagai program strategis guna mendukung film berbasis lokal yang bernilai global. Hal ini dibuktikan dengan berbagai kesempatan yang diberikan serta dukungan kepada para sisneas Indonesia untuk bersaing dikancah Internasional. Salah satu contohnya adalah beberapa film hasil Kompetisi Produksi Film Pendek dari Tahun 2021 dan 2022 yang memenangkan penghargaan bergensi di luar Negeri, antara lain “Kabar Dari Kubur” yang menang pada Viddsee Jureee Asia Tahun 2022, “Heirlooms” yang menembus Gandhara Independent Film Festival 2023, “Teh Tawar Untuk Akong” serta “Toya dan Roh Seninya” yang keduanya mendapat kesempatan tayang di market screening pada festival film Clearmont-Ferrand.

Mahendra menambahkan bahwa pelaksanaan produksi film yang bermuatan lokal ini perlu menjadi program utama yang perlu terus dilanjutkan.

“Film ini memiliki narasi muatan lokal yang sangat baik dan dapat dinikmati oleh seluruh pihak, kita butuh karya-karya seperti ini tetap dilanjutkan” jelas Mahendra.

Mahendra juga menegaskan bahwa film ini dapat memenangkan hati penonton baik pada tingkat nasional maupun Internasional.

“Besar harapan kami untuk membawa film ini diterima dan diapresiasi oleh masyarakat baik dalam negeri maupun luar negeri.” Pungkasnya.

Dalam siaran pers di Hotel Ayola Doloksanggul pada hari Selasa, 09/05/23 Mulai pukul 19.00 Wib s/d selesai.

#FilmSaya
#MusikSaya
#BudayaSaya
#PemajuanKebudayaan

Penulis : James P Purba