TOBAFORINDO.com | NTT, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur bekerja sama dengan Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) menggelar acara Kemitraan untuk Pembelajaran yang ke-5 Nusa Tenggara Timur, Senin, (9/10). Bertempat di Hotel Aston, acara ini mengangkat tema “Merayakan Keberhasilan Kemitraan dalam Pendidikan di Bumi Flobamorata”.
Kemitraan untuk Pembelajaran yang ke-5 ini menghadirkan perwakilan dari Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT), Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, serta Bupati/Wakil Bupati dan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait dari 22 kabupaten/kota se-Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan ini bertujuan menyajikan temuan kunci, pencapaian, dan pelajaran yang dipetik dari program INOVASI di NTT dalam kemitraannya bersama tujuh lembaga yang turut bekerja di Nusa Tenggara Timur yaitu CIS Timor, Sekolah Abdi Kasih Bangsa, STKIP Citra Bakti, Suluh Insan Lestari, Taman Bacaan Pelangi, Yayasan Literasi Anak Indonesia, dan Yayasan Sulinama.
Sejak implementasi Program INOVASI di fase 1 (2016-2020) hingga di fase 2 (2020-2023), INOVASI bersama mitra pembangunan ini menjalankan berbagai macam upaya yang fokus pada penguatan kualitas pembelajaran siswa SD/MI kelas awal, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di tiap daerah – mencari solusi lokal, untuk permasalahan lokal. Upaya-upaya yang dilakukan melalui skema program hibah turut dilakukan INOVASI untuk mendukung tujuan program, yakni mewujudkan perubahan dalam hal pembelajaran literasi, numerasi, dan karakter siswa SD/MI dengan menekankan aspek kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi.
Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Kosmas Damianus Lana, dalam sambutan pembukaannya mengatakan bahwa pertemuan ini menjadi kesempatan untuk mengkonsolidasikan upaya bersama dalam menghadapi tantangan di NTT. “Standar pelayanan minimal di bidang pendidikan itu paling rendah di NTT. Meskipun sudah banyak upaya dilakukan, capaian kita masih rendah. Salah satu hal yang menyebabkan ini adalah kurangnya atau bahkan tidak adanya laporan dari kita,” kata Kosmas, Sekda Provinsi NTT. Ia menggarisbawahi perlunya menyiapkan tenaga monitoring dan evaluasi yang terampil sehingga bisa menyampaikan data perkembangan yang ada kepada pemerintah pusat.
“Kita juga sudah punya master plan pendidikan (Grand Design dan Roadmap Pendidikan dan Kebudayaan), tetapi baik Pemkab maupun Pemprov punya Batasan wewenang sehingga melalui pertemuan ini, perlu kita bahas bersama dan berkomitmen untuk menuntaskannya. Fokus kita sekarang adalah membangun pola kemitraan yang lebih baik dan mengembangkannya ke seluruh kabupaten dan kota, yang sangat diharapkan oleh tingkat kabupaten/kota untuk mendapatkan inovasi dari pusat dan provinsi,” jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kemendikbudristek, Suhadi, mengapresiasi peran Pemerintah Provinsi NTT yang telah berhasil menghadirkan ekosistem pendidikan, termasuk perwakilan Kementerian Agama, DFAT, Pemda kabupaten/kota, LSM, Perguruan Tinggi, Pengawas, Kepala Sekolah, Guru, dan Peserta didik pada kegiatan ini.
“Kami mengapresiasi upaya Program INOVASI dan mitra non-pemerintah dalam mencari solusi lokal untuk meningkatkan mutu pendidikan dasar di NTT. Kolaborasi ini adalah contoh nyata bagaimana prinsip Merdeka Belajar dapat diimplementasikan dalam konteks daerah dengan tantangan unik,” kata Suhadi, Sekretaris BSKAP.
Menurutnya, kolaborasi ini semakin dirasakan manfaatnya saat pandemi COVID-19. Situasi darurat mendorong semua pihak untuk memperkuat gotong royong. Kobolarasi yang baik antara kementerian, provinsi, daerah, universitas, dan komunitas pada akhirnya mempercepat pemulihan pembelajaran.
Hasil studi bersama yang dilakukan Kemendikbudristek dan INOVASI selama tiga tahun, menunjukkan bahwa kurikulum yang fleksibel mendorong pemulihan pembelajaran dua kali lebih cepat dibanding kurikulum 2013. Metode pembelajaran yang menggunakan asesmen diagnostik, pembelajaran berdiferensiasi, dan penyederhanaan kurikulum yang menitikberatkan pada kemampuan dasar esensial seperti literasi dan numerasi berkontribusi kepada pemulihan pembelajaran. Yang menggembirakan, faktor-faktor kunci ini menjadi karakteristik dan prinsip utama dalam Kurikulum Merdeka. Temuan tersebut dipublikasikan dalam buku “Bangkit Lebih Kuat: Studi Kesenjangan Pembelajaran” yang diluncurkan pada Selasa (26/9) di Kemendikbudristek, Jakarta.
Counsellor for Human Development, Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Hannah Derwent, mengatakan keberhasilan ini adalah hasil kerja keras dan kolaborasi yang terjalin antar berbagai pihak. Ia optimis kemajuan ini akan berlanjut dan mendorong semua pihak untuk terus bekerja sama demi pendidikan berkualitas bagi semua anak di NTT. (Tim)